Thursday, July 19, 2018

Identity Crisis

Kenapa ya, pikiran ini selalu mengganggu di masa seperti ini. Pikiran yang berputar seakan-akan tidak tahu jalan pulang. 

Kadang wajah bisa nunjukkin raut muka jutek, kadang marah, kadang senyum, atau datar.
Entahlah kaya terlalu banyak beban pikiran yang tidak bisa diungkapkan satu-satu, yang semakin menumpuk entah darimana asalnya.

"Serahkan segala bebanmu kepada Tuhan, pikullah kuk daripadaKu"
Inget ini terus, tapi apa daya namanya masih manusia pun suka hilaf juga. Gatau apa yang harus diprioritaskan. Gatau apa yang harus dijalani. Sepertinya mengikuti rutinitas pun serba salah juga jadinya. Lalu, ditengah ketidak-tahuan ini, apa yang harus dilakukan selanjutnya?
Gatau. Gatau. Gatau.

Ini si post paling ga berkonten yang pernah dipublish. Sebuah gambaran ketidakjelasan hidup dan ketidak konsistenan hidup. Dimana hidup cuman berkutat antara ingin bebas namun terikat. Tidak ingin dianggap tidak sehat namun stress juga sebenernya. Lalu apa sih maunya? Pengen ninggalin tanggung jawab dan pergi mengejar impian hidup. Gamau menjalani tuntutan duniawi seperti mencari kerja dan menghidupi diri sendiri. Belum siap. Belum ingin dan gatau sampai kapan.

Idiot.
Emang.
Tapi saya butuh istirahat.
:(

Friday, June 15, 2018

Is it real?

I find myself full of anger. Rasanya kaya udah lama banget tersimpen dalam diri dan udah siap buat dimuntahin kapanpun. Pengen teriak sekenceng-kencengnya, pengen ngehajar apapun yang bisa dihajar in a way untuk merealisasikan kemarahan ini.

Realita jahat banget. Dari luar semuanya baik-baik aja, tapi dari dalam semuanya tererupsi hebat. Bertahun-tahun punya role model yang penuh dengan amarah, semuanya dipendam dan diluapkan dengan teriakan nyaring. Cukup memekakkan batiniah dan dengan sendirinya tidak menyadari perbuatannya menumbuhkan biji luka. Kepribadian yang penuh luka, penuh kebencian akan masa lalu, yang tidak sepenuhnya sembuh, menurunkan semua bumbu itu ke generasi setelahnya.

Penolakan menjadi cara termudah untuk lari dan menutup diri. Copimg style yang diadaptasi seumur hidup yang hanya berujung pada ketidak-penerimaan diri akan realita. Ketika merasa seperti ini, di puncak-puncaknya, yang hanya ingin dilakukan hanyalah menangis dan memeluk seseorang. Terlihat menyedihkan, tapi diri ini pun tidak bisa mengubah orang-orang termasuk orang yang dikasihi.

Selalu disalahkan, kadang hampir tak dianggap ada. Ya, ya, saya melakukan generalisasi karena tidak selalu seperti itu. Tapi untuk dapat berada di posisi worthless butuh waktu cukup lama untuk menjadi terbiasa bukan? Bayangkan ketika kamu bertanya hal esensial, dimana kamu butuh jawaban secepatnya, justru kamu hanya didiamkan. Bayangkan ketika kamu berada bersama-sama dan hanya kamu yang tidak diajak bicara. Kamu tidak puasa bicara, tapi kamu dikondisikan seakan-akan orang malas berbicara padamu. Bayangkan ketika orang lain dibujuk, diajak bicara baik-baik sedangkan kamu cuman bisa disensiin, disuruh dengan amarah yang terpendam. Bayangkan kalau semua ini terjadi dalam microsystem (teori Bronfenbrenner) kamu. Hidup segan, mati pun tak mau.

Tiba-tiba terpikir untuk pergi ke suatu tempat, menenangkan diri, menyembuhkan diri sekaligus mengejar impian yang selama ini di angan. Berada di limgkungan yang cukup korosif membuat potensi diri terhambat. Terlebih tidak adanya dukungan moral yang justru lebih penting ketimbang dukungsn materil. Sungguh, saya ingin pergi. Menjernihkan isi hati bersama Tuhan yang tak tau mau memakai saya seperti apa. Ketika ada kesempatan, pasti saya ambil, setidaknya ke tempat yang susah untuk diintervensi.

Demikian cerita ini. Tolong beritahu saya, is it real?

Thursday, June 14, 2018

Maturation?

As time goes by, your brain cells multiply and keep your memories of life.
Twenty-two years (almost) living in this world, acknowledging the forces I can't touch nor change.
I need to let go.
I need to let it pass.
But the right thing of letting it go, letting it pass, does not mean I forget it completely and repeat the same cycle.
I need to learn.
I need to grow up.
I'm not a kid anymore and I need to break up this devil cycle.
I need to step-up my game and realize the past is just a past.
Learn something new about my life.


Sunday, April 23, 2017

What Should I Do?

I still have 7 days to decide. Yes I need to decide something important for the rest of my life. I've postponed it for one year just to see any changes (if there is). I was 100% sure for this whole month, I was. But why now this kind of feeling rise again? Oh, I hate me : (

I,,, just don't know where to start. It's too complicated and it ruins my thought. I want to tell these to everyone I know. But I just can not believe in them...


Tuesday, September 27, 2016

Let Me Fly



I just want to fly
Free from every cages surround me
The sky owns me
I just want to be close
Closer to the sky
Please
Just once
Let me fly?

Monday, June 13, 2016

Devastated

You should listen to this so you can understand my words' feeling

It goes like this ...

Sunday, April 10, 2016

Part 12

"Apa yang terjadi?!"

Kereta yang membawa Emma seketika melambat dan kemudian berhenti. Lampu yang menyinari setiap bagian lorong padam. Seketika semua orang berteriak panik di dalam kereta dan yang bisa Emma rasakan kali ini hanya ketakutan. Ketakutan yang seakan-akan siap memakannya kapan saja. Ketakutan yang biasanya hanya diam, kini selangkah maju berada di depannya. Ingin rasanya ia berteriak, namun tenggorokannya tercekat, tak bisa lagi menemukan sisa-sisa suaranya.

Tiba-tiba seberkas cahaya putih menyinari ujung lorong kereta ini, sepertinya Green Garden Station hanya berjarak beberapa meter lagi. Emma teringat akan sesuatu dan langsung saja mencari telepon genggam dalam tasnya. Dimana telepon genggamku? Ah di saat genting seperti ini dan kau menghilang, sungguh.

Tangannya terus merogoh ke dalam tas besar berwarna hitam yang penuh sesak dengan barang-barang dan entah mengapa baru sekarang ia sadar banyak sekali barang yang tidak benar-benar diperlukan. Emma merasakan tubuhnya ditabrak seseorang dari belakang dan semakin banyak orang yang terus mendesaknya. Ia hanya bisa berpegangan pada tiang besi yang berada dalam jangkauan tubuh mungil berbalut jaket musim dingin itu. Emma pun mendesah. Di saat seperti ini pekerjaan yang paling mudah menjadi pekerjaan paling sulit dalam hidupnya. Apakah Alvin tau aku terjebak di dalam sini? Bagaimanapun aku harus keluar, but how?


***

Friday, February 5, 2016

HELLAH!




Hari ini mau nulis apa aja yang kelewat random di otak gue. Bolehlah ya. Blog gue kok, kalo dilarang pun lu siapa emang? Lagian asal ga melanggar UU dan ngejek dsb pihak lain ya gapapa dongggggg #ea #belumapaapaudahngomel #cewe


Anyway, udah 2016!!
H a p p y  2016 !
ekspresi lo ketika .... *isi sendiri