Friday, January 31, 2014

Part 10

"Hmm? Ah ternyata kau..."
Emma bangun setelah Fluffy, anjing kesayangannya, menjilati wajah pemiliknya. 

"Kau pintar sekali membangunkanku pagi ini."

Fluffy menurut ketika Emma mengelus-eluskan tangannya ke kepala mungil anjing jenis Beagle itu. Ia kemudian memasukkan kepalanya ke dalam selimut yang sontak membuat Emma tersenyum.

"Seandainya kau disini bersamaku, seperti kau Fluffy sayang. Mungkin aku terus bahagia seperti ini. Tapi mengapa matahari terasa sangat terik ya? Jangan-jangan..."

Emma meraih jam tangan putih di meja lampu kecil persis di samping tempat tidurnya dan betapa terkejutnya dia ketika waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ia melompat dari tempat tidurnya dan langsung saja menuju ke kamar mandi.

"Fluffy kau di kasur saja sayang. Aku harus pergi menemui Alvin. Ayo sana jangan mempersulitku. Aku harus segera mengejar kereta. Aduh bodoh bodoh mengapa daritadi aku hanya bersantai-santai saja? Ah."


***

"Emma... Maukah kau.. memikirkan, ah bukan bukan. Maksudku maukah kau menarik kata-katamu dan kembali padaku? Ah, tidak. Ini tidak tepat."
Alvin meremas kasar rambutnya. Frustasi. Ia kehilangan akal, tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk membuat perempuan itu kembali padanya. Ia kemudian memukul-mukul kemudi mobilnya, berharap sesuatu keluar dari sana.

"Ingatkah kau pertemuan pertama kita? Ingatkah kau saat pertama kali kau bilang padaku kau menyukaiku? Ingatkah kau..."

***

Kereta bawah tanah membawa Emma menuju Green Garden Station. Emma hanya duduk terdiam di salah satu bangku dekat dengan pintu kereta, berkutat dengan pikirannya sendiri. Ia tahu Alvin pasti akan tetap membujuk dirinya untuk tidak meninggalkan hidupnya. Tentu Emma tidak akan pernah meninggalkan Alvin, tetapi, ia hanya perlu memberi jarak untuk setiap langkah ke depan bersamanya. Mereka tidak bisa bersama, entah bagaimana pun caranya.

Emma mengangkat kepala, memandang sekelilingnya. Beberapa orang asik mendengarkan headset mereka. Beberapa pria duduk membaca koran di tangannya dan pandangan Emma tiba-tiba terpaku pada sepasang muda mudi yang sedang berciuman di ujung kereta. Ia ingat ciuman pertamanya dengan Alvin. Waktu itu hujan turun dengan derasnya dan Alvin mengantar dirinya masuk ke dalam apartemen. Bukan apartemen Emma pastinya.

"Dingin.. sekali.. ya.. sayang.."
"Lepas jaketmu Ems. Aku ambilkan baju lain untukmu, kau tunggu disini."

Emma hanya bisa mengangguk lalu meringkuk dalam dingin di lantai karpet apartemen Alvin. Ia tidak pernah berdua saja di dalam apartemen seperti sekarang ini. Rasanya aneh, tetapi ia benar-benar tidak sanggup menahan rasa dingin yang merambat di sekujur tubuhnya.

"Ems? Ems? Bangun Ems kenapa kau tertidur di lantai?"
"Di..ngin..."
Alvin mengangkat Emma dan berusaha memakaikan baju miliknya di tubuh mungil perempuan itu. Ia ketakutan sekali melihat Emma yang terus-menerus menggigil, perlukah ia memanggil ambulance?
"Tidak... perlu... Kau... berbicara... sen...diri... lagi... hahaha..."
"Tetapi kau seperti ini? Tidak apa-apa?
"Tidak... aku hanya... membeku... haha..."
"Tetapi..."
"Sudah tidak... apa-apa... Bagaimana... kalau kau... memberiku... air hangat? Untuk menghangatkanku... kau tau? Hahaha"


Suara tawa Emma membuat Alvin tersenyum, ia selalu berusaha membuat Alvin untuk tidak khawatir. Tiba-tiba saja, Emma merasa sesuatu menyentuhnya. Sesuatu yang hangat dan membuatnya membuka mata lebar-lebar. Ia tidak bisa berkata-kata. Bibir Alvin menyentuh bibirnya dan semuanya terasa berhenti.

"The next stop, Green Garden Station."
Suara dari pengeras tepat di atas kepalanya membuat ia tersadar dari lamunannya. Ah. Apa yang sedang kau pikirkan Emma. Sadarlah kau tidak akan pernah bisa menjadi istrinya.

***


"Mengapa dia tidak mengangkat telfon genggamnya lagi?"
Alvin gelisah, sudah hampir 1 jam dia menunggu dan sepertinya tidak ada tanda-tanda Emma akan datang, padahal beberapa jam yang lalu Emma menanyakan padanya apakah ia tetap ingin bertemunya atau tidak.

"Hei kau tau tidak ada kereta yang mengarah ke Green Garden Station mengalami kecelakaan?"
"Apa?! Kau bercanda kan?"
"Tentu tidak. Ayo kita lihat kesana. Banyak mobil pemadam kebakaran menuju kesana sekarang. Kudengar mesin kereta itu terbakar ketika sedang dalam perjalanan ke..."


Kereta? Green Garden Station? Sekarang? Terbakar? Alvin tidak mengerti pembicaraan kedua pejalan kaki itu. Seharusnya kereta itu tidak bisa terbakar, itu kan yang pemerintah katakan ketika meluncurkan kereta bawah tanah tercepat di dunia itu?
"Ah aku tidak peduli. Emma mungkin terjebak kemacetan dalam bus menuju ke taman ini atau mungkin saja sedang mendengarkan lagu dengan ipod nya di dalam kereta sehingga tidak sem..."

Alvin melotot. Kereta?! Apa jangan-jangan alasan Emma tidak menjawab telfon genggamnya adalah... Tidak. Tidak mungkin! Ia segera berdiri, berlari menuju ke Green Garden Station tergesa-gesa. Tidak mungkin apa yang ada dalam pikirannya terjadi, tidak mungkin kereta bawah tanah itu adalah kereta yang dinaiki Emma. Ini sama sekali tidak boleh terjadi. Tidak...

to be continued

No comments: