***
"Bisakah kita bertemu? Aku ingin..."
Tut. Tuut.
Alvin geram. Sudah kesekian kalinya ia melakukan panggilan yang diakhiri dengan bunyi itu. Untuk apa ia berusaha ketika wanita itu pun tak ingin ia hubungi?
"Menyebalkan. Awas saja sampai dia tidak mengangkat teleponnya lagi."
***
Lately I been, I been losing sleep. Dreaming about the things that we could be...
"Kenapa sih dia tidak menyerah sama sekali?"
Dibanting telfon genggamnya ke kasur berwarna biru tua itu. Ia lelah. Setelah beberapa hari lalu mengatakan hal yang sebenarnya, Alvin kerap kali menghubunginya seperti orang gila. Tetapi jujur saja ia ingin sekali mengangkat telfon itu dan mengatakan padanya kalau dia memang ... Ah sudahlah.
But baby, I been, I been prayin' hard. Said no more counting dollars...Ia menyerah. Ketika ia mengangkat telfon genggamnya, dihembuskan napas lewat mulutnya, dan langsung saja terdengar aksen kental British yang hanya Emma dapat kenali.
"Jangan tutup telfon genggammu dahulu! Aku hanya..."
"Ada apa lagi?"
"Aku ingin bicara. Bisakah kita bertemu?"
"Tidak."
"Mengapa?"
Emma tidak menjawab. Ia benar-benar kehilangan kata-kata, tetapi memang untuk saat ini lebih baik ia sendiri. Setidaknya.
"Mengapa kau menghindariku?"
"Adakah hal lain yang ingin kau bicarakan?"
"Apa yang sudah aku lakukan Emma? Mengapa kau tidak menjelaskan semuanya padaku?"
Bibir Emma terkatup rapat-rapat. Ia tidak bisa berhenti mengetukkan jari di meja, ia sangat gelisah seakan-akan bumi akan segera berakhir saat ini juga.
"Aku menginginkan pernikahan ini. Aku menginginkan dirimu. Aku benar-benar tidak bisa hidup beberapa hari ini. Aku mencintaimu Ems. Bisakah kau memberi alasan mengapa aku tidak harus melakukan itu?"
"Apa yang membuatmu mencintaiku?"
"Semuanya. Kau tau kita jalani ini bersama dan hubungan kita hanya tinggal 1 langkah lagi. Mengapa kau pergi dari hidupku ketika aku sudah menganggapmu sebagai bagian dari hidupku?"
"Sudahlah aku sibuk."
"Ems, bisakah kita bertemu? Setidaknya terakhir kali sebelum aku harus benar-benar merelakanmu. Itukan maumu?"
Entahlah apakah aku harus benar-benar menuruti perkataanmu. Aku tak yakin aku bisa melepasmu untuk yang kedua kali.
"Baiklah. Green Garden besok setelah makan siang."
***
Alvin tidak bisa menyembunyikan kekagetannya mendengar ajakan Emma. Tentu ia akan datang. Tentu ia akan berusaha membujuk Emma untuk kembali padanya lagi. Meskipun sekarang semua telah berbeda, ia yakin masih ada rasa meskipun segenggam, di hatinya.
to be continued.
No comments:
Post a Comment