Monday, October 28, 2013

I just have to give up and let him go. I have nothing to fight. Nothing to hold.

He has everything in his hands now like there won't be anything to change it, including me. God knows what's best. But I still feel my eyes are turning black. It feels so empty. Here. Deep of my soul.

Sunday, October 27, 2013

Part 7

Ia benar-benar harus keluar dari lingkaran ini. Entah apa yang akan ia lakukan, tapi langkah pertama sudah ia lakukan dan setidaknya hal jujur yang bisa ia katakan adalah, ia sedang tidak baik-baik saja. Ia sangat tidak baik-baik saja dan butuh lelaki itu. Ia tidak tau mengapa ia melakukan hal ini padahal banyak orang mengatakan mereka sangat serasi dan sudah sangat melengkapi satu sama lain.

Tetapi, kadang memang kenyataan tidak seperti yang semua orang harapkan. Ketika kau berharap semua akan berjalan baik-baik saja tetapi Tuhan berkata lain dan inilah yang sedang Emma hadapi. Kenyataan pahit yang harus ia tanggung sendiri, tanpa Alvin harus tahu.


Wednesday, October 23, 2013

Part 6

New York tampak manis di awal November pagi ini. Semua orang bersantai di rumah menikmati hari libur dengan keluarga mereka dan hanya terlihat beberapa mobil yang melaju di jalan tepat di bawah apartemen Alvin. Well, semua orang tampak bahagia hari ini.

Tetapi bagi Alvin, hari ini adalah hari lain saat ia harus bisa bertahan. Hari lain dimana matahari kembali bersinar. Ya, 8 bulan sudah semenjak kejadian itu. Kejadian yang benar-benar menorehkan luka dan meninggalkan bekas. Kejadian yang membuat Alvin berpikir hidup tiada artinya. Kejadian yang menyakiti hatinya.

Dia.

Monday, October 21, 2013

Part 5

Matahari siang ini cukup membakar kulit Alvin. Ia benar-benar tidak tahan dan ingin segera sampai di cafe tempat Janet menunggu. Sudah hampir 20 menit ia berusaha berjalan tanpa menabrak di tengah ramainya jalur pejalan kaki di New York. Terik matahari pun tak dapat menghentikan langkah mereka yang didesak perut lapar. Jam makan siang. Jam semua karyawan tumpah di jalanan, termasuk dirinya.
"Harusnya aku membawa mobil. Ah, perempuan itu. Menyusahkan saja."

***

Sunday, October 20, 2013

Move On Quote

There will always be a 'lie' in believe, an 'end' in friend, and an 'over' in lover
Dear heart, please fall in love when you're ready, not when you're lonely

I try to think in positive ways. I read so many sentences that make my mind think, I shouldn't do that from beginning or I have to throw the trash into the garbage and never take it back again. But when my brain think 'you have to forget it!' Then my damn heart think, 'you have to forgive and see their kindness to you.' So how can I go? This two won't cooperate with me. They never on the same side with me! How dare you -_-

Anyone ever feel this kind of feeling? I do.

Saturday, October 19, 2013

Part 4

Ting tong. Ting tong. Ting tong.
Alvin berusaha membuka matanya. Siapa sih yang berani membunyikan alarm sebanyak itu sepagi ini? Menyebalkan
"Ini masih pukul 7 pagi dan aku butuh tidur..."
Alvin terus menerus mengerang dan berusaha menggapai gagang pintu apartemennya. Kalau ia bukan orang penting aku akan segera...

"Sayang!"



가지마.. :'(

I just don't know how to beg again. Even i say "jebal jebal jebal" million times you won't hear that.
I'm tired of this. So damn tired. I don't even know how to cut this off. To end this quickly.
Even the world say "No" but i still consist with my heart with "Maybe".
I just don't know how.
I'm tired Lord.




거짓말.
제발 떠 나지마.
너를 만나고 싶어. 너를 그리워. :(

Friday, October 18, 2013

Part 3

Ruangan kantor Alvin bisa dibilang cukup besar. Terdapat jendela kaca yang berada di belakang mejanya dengan pemandangan menghadap ke jalanan sibuk kota New York, ukiran dinding yang dihiasi dengan ornamen minimalis, dan tentu saja tertera jelas Alvin bukan pegawai biasa.
"Permisi Pak. Boleh saya masuk?"
"Oh ya silahkan. Ada apa tergesa-gesa seperti ini Gina?"
"Saya hanya ingin memberitau bapak, rapat akan dimulai dalam 5 menit."
"Oh. Baiklah. Ya saya sudah tau. Terima kasih kamu boleh keluar."

Gina. Gina Evans. Wanita paruh baya dengan rambut hitam sebahu. Tubuhnya proporsional dengan berat mungkin 50kg dan tinggi 165cm. Wajah asian yang kental, sangat jarang terlihat apalagi ketika berada di Amerika seperti ini. Ia sangat menawan untuk ukuran wanita sebayanya.Mengapa aku menilainya?

Alvin mengetuk-ngetuk jam tangannya. Berpikir bagaimana rapat kali ini dapat membuat para donatur mau menyumbang untuk proyek pembangunan rumah anak-anak yatim.
"Ahh.. Sungguh ini memusingkan. 2 menit lagi dan aku belum mendapat ide yang bagus. Haruskah aku membatalkannya saja?"

Tiba-tiba Gina masuk ke dalam ruangan dan ia mengatakan semua donatur sudah hadir, rapat akan segera dimulai. Alvin hanya bisa menghela napas. Okey, kita lihat kemampuanku membujuk mereka.

***
Well seperti yang diharapkan, rapat berjalan lancar dan hampir semua donatur menandatangi perjanjian. Diberi bakat berbicara yang luar biasa sangatlah menguntungkan Alvin. Tak heran ia menjadi direktur utama dari perusahaan terbesar di New York tersebut.
"Hey! Sepertinya aku tau dirimu. Kau yang berhenti saat lampu sudah hijau tadi kan!"

Alvin kaget setengah mati. Ia memutar badan dan melihat... Oh my.
"Eh? Iya itu tadi saya.."
"Hahaha. Mukamu langsung pucat seperti itu. Panggil saja Janet, jangan panggil ibu. Lagian peristiwa tadi sudah saya lupakan juga kok."

Janet?

***
to be continued