Matahari siang ini cukup membakar kulit Alvin. Ia benar-benar tidak tahan dan ingin segera sampai di cafe tempat Janet menunggu. Sudah hampir 20 menit ia berusaha berjalan tanpa menabrak di tengah ramainya jalur pejalan kaki di New York. Terik matahari pun tak dapat menghentikan langkah mereka yang didesak perut lapar. Jam makan siang. Jam semua karyawan tumpah di jalanan, termasuk dirinya.
"Harusnya aku membawa mobil. Ah, perempuan itu. Menyusahkan saja."
***
Perempuan itu. Ia sedang bersantai di dalam mobilnya menikmati alunan lagu dari radio ketika sebuah mobil menabrak mobilnya dari belakang. Merasa tidak terima, Alvin keluar dari mobilnya dan melihat seberapa parah kerusakan mobilnya.
"Yaampun... Haruskah kau menabraknya di pagi ini? Hei kau.."
"Aduh aku minta maaf Sir. Aku benar-benar tidak menyangka akan menabrakmu. Kukira tadi jaraknya masih cukup jauh jadi aku menginjak pejal gas... Aku akan segera..."
"Lain kali hati-hati saja."
"Tidak tidak. Aku akan menanggungnya. Berapa nomor teleponmu? Aku akan mengganti semua kerusakannya. Kau tidak perlu mengeluarkan biaya. Ini kartu namaku, kau boleh menghubungiku kapanpun. Ini semua salahku..."
"Okey okey stop. Kau berbicara seperti dikejar penjahat saja. Begini, aku akan menghubungi bengkel langgananku, dan untuk biaya penggantiannya, kau bisa menghubungi asistenku. Kantorku berada di Hill Street, Mine Company, kau tau?"
"PERUSAHAAN ITU?! Wah, kau sungguh bekerja disana?"
"Ya, ada apa? Lebih baik kau berangkat kerja. Aku akan berjalan kaki saja."
"Tapi Sir.."
"Ada apa lagi?"
"Kalau boleh tau siapa namamu? Aku tidak bisa begitu saja ma.."
"Oh ya. Alvin. Alvin Samuel."
"Alvin.. Samuel.. Okey sir. Sekali lagi aku minta maaf atas kecerobohanku.. Aku akan segera mengurusnya."
"Baiklah. Aku pergi dulu."
"Oh yaa! Tunggu dulu hei kau.. eh, Alvin!"
Alvin memutar badannya lagi dan berpikir mau apalagi dia.. Tidak bisakah dia membiarkanku pergi?
"Bagaimana kalau kita pergi bersama? You know, sebagai permintaan maaf? Aku akan mengantarmu ke kantormu. Kalau kau mau?"
"Oh..okey baiklah. Thanks"
"Yaa no problem. Lagipula kau tidak akan begini kalau aku tidak menabrakmu bukan? Hehe"
***
Cafe itu dipenuhi banyak orang. Padahal jam makan siang pun terbilang masih lama tetapi sepertinya semua orang makan sangat cepat. Kebiasaan? Mungkin.
Mata Alvin berusaha menyapu semua ruangan. Mencari dimana Janet berada, tetapi sejauh matanya memandang kenapa tidak ada sosok perempuan paruh baya itu?
"Hey!"
Merasa bahunya ditepuk, Alvin menengok ke belakang dan sedikit kaget dengan munculnya perempuan itu tiba-tiba. Atau memang aku yang tidak melihatnya?
"Oh hey Janet. Sedari tadi aku mencarimu disini."
"Aku duduk membelakangi dirimu, wajar kau tidak melihatku. Adikku yang melihatmu. Nah kemana dia sekarang, Jane?"
Jane? Sepertinya aku kenal nama itu. Tetapi, dimana? Kapan?
"Tadi dia agak sedikit panik melihatmu. Ketika aku tanyakan dia justru berusaha menyembunyikan wajahnya dan dimana ia sekarang? Ah anak itu.."
Alvin bingung. Ia tidak pernah sebingung ini dalam hidupnya. Terus menerus ia berusaha mencari jawaban siapakah Jane ini? Ia merasa pernah mengingat namanya di suatu tempat. Somehow.
"Lebih baik kita duduk dulu saja. Dia akan kembali sebentar lagi mungkin. Dia tidak pernah seaneh ini. Oh ya, kau ingin pesan apa? Disini terkenal dengan cappucino chocolate nya. Aku akan memesankannya kalau kau mau."
"Boleh. Aku pesan itu saja satu. Thanks."
"Kau tidak ingin makan Alvin?"
"Tidak. Aku sedang tidak napsu makan sekarang. Apalagi setelah terlibat kecelakaan kecil tadi pagi. Hahaha"
"Oh ya? Wah, adikku juga mengalami kecelakaan tadi pagi. Katanya ia menabrak mobil seorang lelaki yang sangat lumayan wajahnya hahaha. Aku jadi penasaran siapa lelaki beruntung itu."
Tadi pagi? Kecelakaan? Lelaki? Tidak mungkin...
Tiba-tiba dari jauh Alvin melihat sesosok perempuan yang sangat ia kenal. Ia mengenali muka itu dan sebelum Alvin sempat berkata-kata, perempuan yang berada di depan Alvin memanggil perempuan itu.
"Jane! Darimana saja kau? Ini Alvin pria yang aku hadiri rapatnya dalam membantu pembangunan rumah anak yatim?"
"Oh ya.. Aku ingat... Dan ini juga yang..."
"Yang menabrak mobilku tadi pagi Janet. Hai Jane. Aku ingat siapa dirimu."
"Eh.. iya aku... tau kau. Alvin bukan? Hai!"
Merasa canggung, akhirnya Jane duduk dan ia bisa melihat seulas senyum terpajang di wajah pria itu. Heyy mengapa ia seperti meledekku saja? Tanpa kakakku pembangunan rumah anak yatimmu pasti akan terhambat!
"Jadi, dia yang kau tabrak mobilnya Jane? Kau ini ceroboh saja! Aduh aku minta maaf ya Alvin atas kecerobohan adikku. Dia memang baru 4 bulan ini memiliki SIM dan entahlah sudah berapa banyak kecelakaan kecil seperti ini terjadi. Makan siang kali ini aku yang traktir okey? Hehe"
Jane hanya bisa mengumpat dalam hati. Apa-apaan sih kak! Baru 5 kali aku menabrak dan itu bukan jumlah yang banyak. Harusnya kau juga tidak perlu meminta maaf seperti itu. Kan dia juga tidak sepenuhnya benar. Oh well memang aku yang salah sih.. Tapi lihat senyum liciknya itu! Menyebalkan!
"Tidak apa-apa bukan masalah besar hehe. Sebaiknya kita membicarakan langkah selanjutnya soal kerjasama perusahaan saya dengan perusahan anda."
"Baiklah Alvin, tidak perlu seserius itu. Aku akan menandatangi semua kerjasama yang kau buat."
Jane melotot sejadinya. Hampir saja bola matanya keluar ketika tau kakaknya mengatakan itu pada pria ini. Dia pikir siapa dia? Dengan adiknya saja belum tentu mau! Huh. Jane hanya bisa menghembuskan nafasnya. Kesal. Ia berharap hal ini cepat berakhir dan ia bisa kembali ke rumahnya.
***
Alvin terus menerus memandangi wajah perempuan ini. Menarik. Ia tidak sepenuhnya menyebalkan seperti yang awalnya ia pikir. Well, memang beberapa kali dia menatapku seolah aku santapan makan siangnya. Tetapi, aku ingat betul wajah ini. Wajah yang selalu membuatku terpesona tiap kali aku melihatnya. Wajah yang selalu menarikku ke dalam imajinasinya. Inikah jawaban yang kunantikan selama ini?
to be continued
No comments:
Post a Comment